MASJID AGUNG BANGIL

Senin, 27 Desember 2010

22 Muharrom 1431 H Pengasuh : Ust. HM. Nur Cholis Musytari
28 Desember 2010 M



“SITI AISYAH RA.”

1) Allah SWT berfirman : “Katakanlah: "Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?" Yaitu orang-orang yang Telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang Telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat. Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok.” (QS Al Kahfi ayat 103 – 106)

2) Nabi Muhammad SAW bersabda : “Tidaklah aku menikahi seorang wanita dari istri-istriku kecuali dengan wahyu yang dibawa Jibril kepadaku dari Tuhanku Azza Wajallah.”

3) Wanita yang pertama dinikahi oleh Nabi SAW adalah Siti Khodijah, sungguh telah datang hadits bahwa “Sesungguhnya Rasulullah SAW diperintahkan untuk memberi kabar gembira kepada Khodijah dengan sebuah rumah disurga yang terbuat dari batang bambu yang mana tidak ada teriakan dan kepayahan di dalamnya.”

4) Kemudian Saudah binti Zam’ah pada tahun ke 10 dari kenabian. Saudah adalah wanita yang dibawah kekuasaan (istri) sepupunya yang bernama Syakron bin Amr. Syakron masuk Islam bersama Saudah terlebih dahulu kemudian dia hijrah ke Negeri Habasyah pada waktu hijrah yang kedua. Ketika Syakron meninggal maka Nabi SAW menikahi Saudah. Dan ketika Saudah berusia lanjut disisi Nabi SAW maka Nabi SAW hendak mentala’ (menceraikan)nya, maka Saudah memohon kepada Nabi SAW agar tidak melakukannya dan Saudah menjadikan hari gilirnya diberikan kepada Aisyah, sehingga Nabi menahan Saudah tetap menjadi Istrinya.

5) Kemudian Aisyah binti Abu Bakar As Shiddiq pada bulan Syawwal tahun ke dua belas dari kenabian. Nabi SAW meninggal pada saat itu Siti Aisyah masih berusia 18 tahun, dan Nabi SAW tidak menikahi seorang perawan kecuali dirinya (Aisyah). Aisyah adalah istri yang paling dicintai diantara istri-istri Nabi SAW, Aisyah meninggal pada tahun ke 57 atau 58. Dan Abu Hurairoh yang mensholati atas dirinya dan dikuburkan di pekuburan Baqi’ pada malam hari. (Kitab Nurul Absor Fi Manaqibi Ahlinnabi Al-Mukhtar hal. 98 – 100)

6). Turun alasan (udzur) dan bebasnya Aisyah dari tuduhan perselingkuhan dari Allah SWT dengan kebebasan yang pasti. Apabila ada seorang muslim yang masih meragukan akan bebasnya Aisyah maka jadilah dia seorang yang kafir dengan ijma’. (Kitab Riyadul Musytatobah hal. 311)

Selasa, 21 Desember 2010

15 Muharrom 1431 H Pengasuh : Ust. HM. Nur Cholis Musytari
21 Desember 2010 M



“SITI AISYAH RA.”

1) Allah SWT berfirman : “Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (QS. An Nurr ayat 26)

Yang dimaksud dengan At-Thoyib adalah Nabi dan yang dimaksud dengan At-Thoyibah adalah Aisyah. Barangsiapa mencaci maki Nabi SAW dalam perkaranya Aisyah adalah kafir terlaknat pelakunya, yang mana Allah SWT mengharamkan surga atasnya.

2) Aisyah binti Abu Bakar adalah wanita yang terbebaskan (dari tuduhan zina) dengan nash Al-qur’an yang nyata. Nabi SAW tidak mengawini seorang istri yang perawan kecuali Aisyah, kekasih Nabi SAW yang ahli dalam ilmu pengetahuan agama. Beliau meriwayatkan hadits sebanyak 2210 dan beliau selalu berpuasa sepanjang tahun.
Hisyam bin Urwah berkata, “Aisyah meninggal pada umur 57 tahun dan dikebumikan dipekuburan Baqi’.” (Kitab Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Marom juz 1 hal. 71)

3) Dari Aisyah ra, bahwasanya Nabi SAW berkata kepadanya, “Tidakkah engkau rela menjadi istriku di dunia dan akhirat?

Selasa, 14 Desember 2010

1 Muharrom 1431 H Pengasuh : Ust. HM. Nur Cholis Musytari
7 Desember 2010 M



“KEUTAMAAN SITI AISYAH RA.”

1) Orang-orang Islam sudah mengetahui akan cintanya Nabi SAW kepada Aisyah. Apabila ada sebuah hadiah dari salah satu diantara mereka yang hendak diberikan kepada Rasulullah SAW, maka dia mengakhirkannya sampai Rasulullah SAW sampai berada dirumahnya Aisyah ra. maka dia yang mempunyai hadiah tersebut mengirimkan kepada Rasulullah SAW dirumah Aisyah. Sehingga kelompok Ummu Salamah berkata kepada Ummu Salamah, “bicaralah engkau kepada Rasulullah bahwasanya supaya Nabi SAW berbicara kepada orang-orang, bahwa barangsiapa yang akan memberikan hadiah kepada Rasulullah, maka hendaknya dia memberikan kepada Nabi SAW saat berada dirumah istri-istrinya yang mana saja.” Maka Ummu Salamah berbicara kepada Nabi SAW tentang omongan kelompoknya dan Nabi pun tidak menjawab sama sekali kepada Ummu Salamah. Kemudian kelompok Ummu Salamah menanyakan hal tersebut kepada Ummu Salamah. Maka Ummu Salamah berkata “Nabi sama sekali tidak berkata kepadaku”, kemudian mereka berkata kepada Ummu Salamah “Tanyakanlah oleh mu kepada Nabi”, Ummu Salamah berkata, “bahwa aku telah bertanya kepada Nabi ketika beliau SAW bergantian kerumahnya, dan Nabi pun tidak menjawab sama sekali. Kemudian mereka bertanya kembali kepada Ummu Salamah dan Ummu Salamah pun menjawab “bahwa Nabi tidak menjawab sama sekali padaku.” Terus mereka berkata lagi kepada Ummu Salamah, “Tanyakan lagi hal tersebut kepada Nabi sampai Nabi mau berbicara lagi kepadamu.” Maka suatu hari giliran Nabi kerumah Ummu Salamah, dia bertanya lagi kepada Nabi. Lalu Nabi berkata kepada Ummu Salamah, “Jangan engkau menyakiti ku tentang perihal Aisyah karena sesungguhnya wahyu tidak datang kepadaku padahal aku didalam pakaian seorang perempuan kecuali Aisyah”, maka Ummu Salamah berkata, “Aku bertobat kepada Allah dari menyakiti mu, wahai Rasulullah!.”

Kemudian sesungguhnya kelompok Ummu Salamah tersebut, mengundang Fatimah dan mengutus kepada Rasulullah sambil berkata, “Sesungguhnya istri-istrimu (Nabi SAW) bersumpah kepada Allah akan keadilan tentang anak peremuannya Abu Bakar (Aisyah)”. Lalu Nabi SAW menjawab, “Wahai anakku! Tidakkah engkau senang apa yang aku senangi”. Fatimah menjawab, “Benar!”. Lalu dia pulang kembali dan memberitahukan kepada mereka (kelompok Ummu Salamah) sambil berkata, “Kembalilah engkau kepada Nabi SAW”. Maka Ummu Salamah menolak, dan mereka mengutus Zainab binti Dahsim untuk datang kepada Nabi SAW dan menguatkan (usulan mereka). Dan dia (Zainab) berkata, “Sesungguhnya istri-istri kamu bersumpah kepada Allah akan keadilan tentang cucu perempuan Abu Qohafah”. Maka Zainab mengeraskan suaranya sampai dia menyinggung Aisyah padahal pada waktu itu Siti Aisyah sedang duduk maka dia mencela Zainab sampai Rasulullah melihat kepada Aisyah apakah dia menjawab.
Perowi berkata, “Maka Aisyah membantah perkataan Zainab sampai dia membuat diam Zainab”, kemudian Zainab berkata, “bahwa Nabi SAW memandang kepada Aisyah sambil berkata bahwa Aisyah adalah anak perempuan Abu Bakar (sesungguhnya dia adalah wanita yang mulia, cerdik dan pintar seperti Bapaknya).
(Kitab Fathcul Baar, Juz 5 – hal. 26 & Kitab Irsyadul Syari Juz 4 – hal. 341)

MASJID AGUNG BANGIL

MASJID AGUNG BANGIL MEMBERIKAN INFORMASI KEPADA SEMUA KALANGAN AHLU SUNNAH WAL JAMA'AH