MASJID AGUNG BANGIL

Selasa, 31 Mei 2011

Aqidah Syi'ah

27 Jumaadil Akhir 1431 H Pengasuh : Ust. HM. Nur Cholis Musytari
31 Mei 2011 M



AQIDAH SYI”AH DALAM KITAB MIZAN
OLEH DR. MOH. KAMIL AL HASYIMI

1) Syech At Thusyi dan Nu’man meriwayatkan hadits dari Imam Ali Ridho as, “Sesunggunya setengah daripada tanda-tanda keluarnya Imam Mahdi, bahwa beliau tampak dalam keadaan telanjang didepan bulatan matahari.” (Kitab Haqul Yakin hal. 347)

Tanda penghinaan yang mana lebih besar dan tanda fitnah yang mana lebih keji dari hal tersebut diatas? Apakah dia (Imam Mahdi) akan baiat kepada Rasulullah SAW padahal dia adalah Mahdi kalian yang ditunggu-tunggu, yaitu orang yang kalian tidak mengenal bapak baginya?. Mahdi mana orang ini, yang bakal tampak dalam keadaan telanjang dibawah bulatan matahari yang tidak ada penutup atau pakaian yang menutupinya?, dan sekalipun tidak ada kegelapan malam yang sangat gelap gulita (menutupi)?. Bagaimana Rasulullah SAW membaiatnya dalam keadaan yang sangat memalukan ini?. Apakah yang ini dinamakan agama Wahai Syi’ah?, agama mana yang kita mungkin menamakannya sebagai agama?.

2) Dalam tafsir Manhaj Ashodiq Syech Fatchullah Kasyani, “Sesungguhnya mencintai Ali ra adalah perbuatan baik, yang mana tidak akan memudlorotkan suatu kejahatan yang menyertai kebaikan tersebut, beliau berkata, “Sesungguhnya cinta kami kepada Ahlul Bait adalah untuk menghilangkan dosa-dosa dari sekalian hamba, sebagaimana angin bisa menggugurkan daun dari pohon.”

3) Seandainya semata-mata cinta itu merupakan kebaikan yang tidak akan memudlorotkan suatu kejahatan yang menyertai kebaikan tersebut, maka kebutuhan mana yang tersisa untuk tetapnya syariat hukum-hukum. Apakah cinta kepada Ali ra dan Imam-imam itu lebih penting disisi Allah SWT dari pada taat-Nya, dan mengamalkan segalah bentuk perintah agama Allah SWT?. Apabila cinta kepada Allah dan Rasul-Nya belum cukup dalam kesalaman dari adzab tanpa beriman dan beramal sholeh, bagaimana cinta kepada Ali bisa mencukupi dari pada amal sholeh dan menggugurkan amal jahat?.” (Kitab Bayinah Sunni wa Syi’ah hal. 34)
20 Jumaadil Akhir 1431 H Pengasuh : Ust. HM. Nur Cholis Musytari
24 Mei 2011 M





1) Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jagalah para sahabatku dan mertuaku serta pelindungku, barangsiapa yang menjaga mereka (sahabat, mertua dan pelindungku) maka dia akan dijaga oleh Allah SWT di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang tidak menjaga mereka, maka dia akan ditinggal oleh Allah SWT, barangsiapa yang ditinggal oleh Allah SWT, maka dia sangat dengat untuk mendapat siksa.” (HR. Ibnu As-syaqir)

2) Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apabila Allah SWT berkehendak untuk menjadikan seseorang menjadi baik dari umatku, maka Allah SWT memberi rasa cinta kepada para sahabat ke dalam hatinya.” (HR. Addhailami dari Anas bin Malik ra)

3) Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apabila kalian melihat orang-orang yang mencaci maki para sahabatku, maka berkatalah kalian kepada mereka “mudah-mudahan kamu dikutuk oleh Allah SWT karena kejahatanmu!” (HR. Al Khotib dari Ibnu Umar ra)

4) Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya umatku yang paling jelek adalah orang yang berani berkata kotor kepada para sahabatku.” (HR. Ibnu Addy dari Aisyah ra) Kitab As-showaiq hal 11 – 12

5) Ad Daruqudni menceritakan dari Ja’far As Shoddiq dari bapaknya Muhammad Al Bakir, “Sesungguhnya seorang laki-laki telah datang ke bapaknya Muhammad Al Bakir yang bernama Ali bin Husien yang bergelar Zainul Abidin, maka orang-orang laki-laki tersebut berkata, “Wahai Ali ceritakanlah kepada saya, tentang Abu Bakar ra.?, Maka Ali menjawab, “Abu Bakar termasuk orang yang paling jujur.” Kemudian orang laki-laki tersebut bertanya lagi, “Mengapa kalian memberi nama Abu Bakar sebagai orang paling jujur?” Ali menjawab, “Mudah-mudahan kamu diusir oleh Ibumu!. Sesungguhnya Rasulullah SAW, dan para kaum muhajirin serta kaum Anshor telah memberi gelar Abu Bakar dengan gelar “As – Shiddiq”. Barangsiapa yang tidak memberi gelar kepada Abu Bakar dengan gelar As – Shiddiq, maka ucapannya tidak dibenarkan oleh Allah SWT baik di dunia dan diakhirat. Ali berkata lagi, “Pergilah dariku dan cintailah Abu Bakar ra dan Umar ra.” (Kitab As – Showaiq hal. 78 – 79)

Selasa, 10 Mei 2011

1) Said Umar Al Hasyimi Al Hadromi dari penduduk Bairut dia pernah berkumpul dengan orang-orang Syi’ah di sebuah gunung bernama Amilah, maka sebagian orang Syi’ah berkata kepada beliau bahwa kami ini membenci Abu Bakar karena Abu Bakar ra mendahului menjadi kholifah dari pada Ali bin Abi Tholib ra.dan kami membenci kepada Malaikat Jibril karena Malaikat Jibril telah menyampaikan risalah kepada Muhammad dan tidak menyampaikan kepada Ali bin Abi Tholib ra. Dan kami benci kepada Muhammad karena dia telah mendahulukan Abu Bakar ra, sebagai pengganti imam dalam sholat tidak memilih Ali bin Abi Tholib ra. Dan kami benci kepada Ali bin Abi Tholib ra. karena dia diam untuk menggambil hak nya dari Abu Bakar ra. padahal dia (Ali ra) mampu untuk melakukannya dan kami benci kepada Allah SWT karena Allah SWT menggangkat Muhammad sebagai utusan dan tidak mengangkat Ali ra sebagai utusan.

Lihatlah omongan orang Rofidhoh ini!
yang dikutuk oleh Allah SWT. Kami (Said Umar)berlindung kepada Allah SWT dari agama orang ini (Rofidhoh). Dan tidak diragukan lagi sesungguhnya Dia (Rofidhoh) lebih jahat dari pada iblis yang terkutuk, yang mana Allah SWT telah menjauhkan dari Rahmat-Nya. Karena sesungguhnya Iblis tidak benci kepada Allah SWT. Tetapi kami berkata kepada orang Rofidoh, “Seandainya Jibril salah atau tidak mengerjakan perintah Tuhannya, kenapa Allah SWT tidak menyiksa Malaikat Jibril dan kenapa Allah SWT mengistimewakan Muhammad SAW dengan berbagai mukjizat yang jumlahnya tidak bisa dihitung, atau kenapa Syaidina Ali ra tidak mendapatkan keistimewaan?.” (Kitab Arroatul Ghomidhoh hal. 22)
29 Jumaadil Awal 1431 H Pengasuh : Ust. HM. Nur Cholis Musytari
3 Mei 2011 M


“AL QUR’ANUL KARIM”

1) Para Ulama’ Ahlusunnah Wal Jama’ah telah berkata, “barangsiapa yang berkeyakinan dalam Al qur’an yang telah dikumpulkan oleh para sahabat ra. Diantara dua sisi sampul bahwasanya Al qur’an tersebut telah dirubah yangmana telah ditambah didalamnya sesuatu yang bukan dari Al qur’an atau dikurangi, diganti, atau tidak dipercaya kepada sesuatu yang telah diterangkan dalam Al qur’an baik itu hukum atau cerita yang telah ditetapkan dalam Al qur’an, atau menetapkan sesuatu yang tidak terdapat dalam Al qur’an, atau meniadakan apa yang sudah ada di dalam Al qur’an dengan sepengatahuan dari semua itu, maka orang itu kafir hukumnya dengan kesepakatan para ulama’ Ahlusunnah Wal Jama’ah.

Allah berfirman, “Sesungguhnya Al qur’an itu adalah merupakan kitab dari Dzat Yang Maha Mulia yang tidak tercampur dengan kekotoran dari depan-Nya atau dari belakang-Nya” (QS Fusilat ayat 41 – 42)

Maka dengan kesepakatan para ulama’ Al qur’an adalah terpelihara dari penambahan, pengurangan, perubahan, pergantian, dan penghilangan. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al qur’an dan Kami yang menjaganya,” Inilah sikap Ulama’ Ahlussunnah Wal Jama’ah dan ini menjadi keyakinan Ulama’ Ahlussunnah Wal jama’ah dalam masalah Al qur’an.
Adapun sikap kelompok Syi’ah mereka berpendirian untuk meragukan dan menghilangkan serta menuduh bahwa Al qur’an telah bertambah dan berkurang. Mudah-mudahan Allah SWT menjaga kami dari keraguan-keraguan yang jelas. (Kitab Al Ajwibah Dhamighoh hal. 19)

Al Qur’an Menurut Syi’ah
Surat Annur

1) Wahai orang-orang yang beriman dengan dua cahaya kami telah menurunkan keduanya kepadamu, ayat-ayatku dan keduanya menakut-nakuti dengan siksaan yang besar. Dua cahaya satu sama lain saling menyatu Aku adalah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Orang-orang yang menempati janji Allah dan Rosul-Nya dalam ayat-ayat-Nya mereka mendapatkan surga Naim. Dan orang-orang yang kafir setelah beriman mereka memutuskan perjanjian atas apa yang telah mereka janjikan kepada Rasul mereka dilemparkan ke neraka jahim. Mereka mendholimi dirinya sendiri dan durhaka kepada orang yang mendapat wasiat dari Rasul, maka mereka akan diberi minum dari air panas.

2) Allah SWT berfirman, “Manusia dan Jin tidak akan ditanya tentang dosanya dari pada kamu, maka Aku bertanya dosa yang bukan dari kamu, Allah menjawab Ya, tetapi dosanya itu dihapus oleh Ibnu Aruwi.” (Kitab Fashul Khitob hal. 157)

MASJID AGUNG BANGIL

MASJID AGUNG BANGIL MEMBERIKAN INFORMASI KEPADA SEMUA KALANGAN AHLU SUNNAH WAL JAMA'AH